Senin, 19 Maret 2012

Secarcik Kertas Harapan

Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. (QS Al-Baqarah :153).
“tang..tong..klontang..” suara berisik benturan wajan dan panci selalu menghiasi rumahku di subuh hari, dan membangunkanku. Setelah sholat kaki ku selalu melangkah dan memeluk bunda. “selamat pagi”...kuciium rambutnya yang sudah mulai memutih, dan sering kali berbau asap kompor dikarenakan pekerjaannya yang berat. Semenjak ayah pulang ke pangkuan sang pencipta beberapa tahun lalu, ibuku adalah sosok yang sangat aku banggakan, aku dan kakakku selalu bekerja keras membantunya untuk memenuhi kebutuhan sehari hari.


“hari ini kakak yang berjualan sendiri, soalnya ibu lagi kurang enak badan. Cepet mandi sana, trus sekolah.!!” Kata kakakku.

Dia adalah sosok wanita luar biasa selain ibu, bekerja keras untuk membiayai kuliahnya sendiri dan tidak lupa untuk tetap merawatku dan ibuku. Hari ini sekolahku mengadakan ujian latihan untuk menghadapi UN, aku sekarang sudah kelas 3 SMA, cita cita ku sudah menunggu di sana, di tempat nanti aku mendaki impian. Aku ingin kuliah di Jakarta jika bisa, atau mungkin kuliah di kampung halamanku. Ya Allah.. berikanlah aku yang terbaik.

Kegiatan rutinku selain sekolah adalah bermain drama, aku adalah salah satu anak asuh di lembaga sosial. Aku sangat mencintai tempat ini, mungkin suatu saat aku bisa membuat yang seperti ini sendiri, dengan kerja kerasku dan teman-temanku kelak.

“jreeekkk” suara pintu tempat aku berlatih drama terbuka, ada kepala bagian pendidikan yang sedang datang kemari, dan menyita perhatian guru drama kami, tak lama guru drama kami memanggil beberapa nama yang salah satunya adalah saya. “mau ikut kursus gak?? Ini ada rezeki belajar bahasa inggris gratis loh”.. asyik.. alhamdulillah, segala rezeki sudah ada yang mengatur. 
“wah keren... kamu beruntung yah :). Kalau bisa bahasa inggris, berarti kita sudah meluaskan tapak kaki kita loh”. Kata temen ku. Teman lelaki ku yang satu ini anaknya baik, belum jelas memang asal usulnya dari mana, banyak rumor diantara kami yang beredar kalau dia adalah anak yang ditinggal oleh orang tuanya dulu di depan bangunan ini. Dan akhir-akhir ini aku sering mendapatinya melirik diriku dan memperhatikanku, tapi tak apalah, mungkin itu sudah jadi kebiasaan dirinya.

Waktu sudah menunjukkan pukul 17.00 saat aku memasuki rumah, namun sepi rasanya rumah kecilku saat ini, kudapati ternyata kakakku belum pulang dari bekerja. “coba ditelpon dulu... mungkin kakakmu sedang dirumah teman”. Kata ibuku, wajah khawatir seorang ibu terlihat jelas olehku, baru saja jari ini akan menekan salah satu nama teman kakakku, ternyata panggilan masuk mendahului.

“halo.. ini kak Nurul temen sekampus kakak kamu, mau memberi tahu kalau kakakmu menginap dirumah kak nurul yah”.katanya, segera kukabari ibuku berita tadi, namun di benakku seperti ada yang mengganjal, namun apa entahlah. Perlahan matahari mulai turun dan singgasananya digantikan oleh bulan, saat itu aku tahu kalau hari ini harus kututup dengan doa sebelum tidur.
“Ya allah.. baringkanlah kami dalam keadaan damai dan tenang serta penuh syukur atas hari ini, dan bangunkanlah kami dalam keadaan siap menjalani kehidupan esok agar memberikan banyak manfaat buat orang banyak”.

Pagi hari ini dapurku tidak ribut seperti biasanya, karena ibuku sedang sakit, dan kakak tidak pulang, makanya kami tidak berjualan hari ini, dan berhubung hari ini hari libur, muncul keinginan untuk mengulang lagi pelajaran yang sudah aku pelajari, karena aku harus lulus dengan nilai baik. Aku harus mengejar semua mimpiku. Namun ditengah semangat yang bergejolak ini, aku dikejutkan oleh sebuah pesan di HP ku “ke kost-san kak Nurul yah sekarang, kakakmu sakit dari kemaren”. Isi pesannya.

Segera kucari sisa-sisa uang jajan kemaren dan kukumpulkan untuk naik kendaraan umum, karena uangku untuk minggu ini hanya sisa itu. Setelah sampai di kamar kost kak Nurul aku terkejut melihat kakakku terbaring dengan kompres di kening. “kakak kenapa??sakit apa??yuk kita pulang!!...” pinta ku memelas kepadanya. Namun kakaku enggan pulang karena tidak ingin menunjukkan kalau dirinya sedang sakit didepan ibuku. Aku hanya bisa menangis pilu, “sudah kakak gpp kok... Cuma demam” katanya, namun lagi-lagi ada sesuatu yang mengganjal, aku merasa sakitnya tidak hanya sekedar demam. Namun kakakku tetap bersikeras menyuruh diriku pulang, dia akan menyusul nanti kalau sudah baikkan.

Berat sekali kaki ini untuk pulang, aku memilih untuk berjalan kaki saja dari pada naik angkot, pikiranku melayang entah kemana, yang menjadi ketakutanku adalah, aku takut kalau nanti aku kehilangan orang yang aku cintai lagi.

Ditengah langkah kaki kecilku ini, tiba-tiba ada yang memanggil “heii....tunggu”. silau aku memandangnya karena matahari sedang terik-teriknya, namun sesosok laki-laki itu datang semakin dekat, dan baru kusadari kalau dia adalah teman laki-laki yang selalu memperhatikanku akhir-akhir ini, yang terakhir kali menegurku ketika aku mendapat beasiswa kemaren. “lagi ngapain siang-siang begini jalan kaki??.” Katanya. “kamu sendiri ngapain??. Balas aku bertanya..
“aku biasa ngamen disini...”katanya. baru aku tahu kalau dia juga seorang pengamen.
Kemudian dia mengajakku ke suatu warung di pinggr kota, suara sungai mengalir terdengar jelas, nampak sebuah jembatan tua yang masih kokoh berdiri untuk membantu masyarakat menyebrangi sungai tersebut.

“Kamu biasa kesini??”..tanyaku.
“iya.. aku biasanya selalu beristirahat disini seraya menghayal buat masa depanku yang makin hari makin gk jelas ini”. Katanya. Sebenarnya sudah lama aku penasaran dengan anak ini, tentang rumor yang beredar, lalu kuberanikan diri untuk bertanya tentang asal-usulnya. “Kamu sebenarnya dari mana sih?”.

“hhmm.. katakan saja sebenarnya aku bukan dari kota ini, aku lari dari keluarga ku karena aku malu, aku selalu membuat orang tuaku sedih dengan kenakalanku. Makanya aku lari dari rumah dan ingin mencoba mencari uang dengan jerih payahku sendiri”. Katanya. Lalu dia menutup ceritanya dengan sebuah pertanyaan aneh. “apa cita-cita kamu??”.

Aku hanya terdiam lalu berkata “memangnya kamu punya??”

“dulu guru sekolahku pernah menyuruh murid-murid menulis 10 cita-cita, karena aku nakal aku tulis aja semauku, 1. Ingin kerja keliling Indonesia, 2.Jadi manager, 3.Kuliahin orang tua dan adik, 4. Jadi anak Band, 5.bisa keluar negeri, 6.punya usaha sendiri,” cerita dia padaku. Lalu aku bertanya “kenapa hanya enam.?”. lalu dia tersenyum.

“karena aku dulu begitu bodoh dan penakut, didalam ketidak seriusanku pun cita-citaku hanya sedikit, sekarang aku sadar setelah melihat seseorang”katanya, lalu aku berpikir siapa seseorang itu.. dan tak lama dia melanjutkan ceritanya.

“seseorang itu menyadarkanku kalau ternyata kehidupanku dulu dan sekarang yang aku anggap sulit ini, tidaklah begitu sulit. Aku masih bisa melakukan banyak hal, insyaallah tenagaku masih bisa digunakan, aku gak akan menghabiskan hidup hanya seperti ini. Sebaik-baik manusia adalah yang berguna buat orang lain, aku ingin memaksimalkan tubuh dan raga ini untuk mempergunakannya buat orang banyak, semoga cita-cita itu nanti bisa kuraih, entah bagaimana, biarlah ikhtiar ini yang menunjukkan jalannya”. Mendengar ceritanya membuat ku teringat akan cita-citaku, dan mengubah pandanganku terhadapnya.

Aku mendadak merasa dekat dengannya, dan aku juga tak bisa memendam begitu banyak kesedihan ini sendiri, lalu kuceritakan tentang kakakku yang sakit, dan keadaan ekomoni keluargaku sekarang.

“sebenarnya aku sudah tahu banyak tentangmu.. (sambil tersenyum malu), namun kabar bahwa kakakmu sakit itu baru bagiku, semoga ia baik-baik saja”. Katanya. Yang jadi ketakutanku adalah, aku takut kehilangan kakakku. Kuutarakan juga ketakutanku itu ke padanya. Tanpa sadar bibir ini berucap “andai saja aku hidup selamanya bersama keluargaku!! Pasti aku gak akan sedih”..teriakku padanya.

Kemudian ia beranjak pergi sambil berkata “tunggu sebentar”..

Lalu datang dengan membawa 2 tangkai mawar, 1 mawar asli dan yang satu lagi palsu, namun keduanya hampir tiada beda. Lalu dia menyuruhku untuk memilih “jika aku beri mawar ini, mana yang akan kau pilih, yang asli atau yang tiruan,” sambil tersenyum.

“yang asli donk”. Kataku, lalu dia bertanya “kenapa”. Sulit sekali rasanya aku menjawab.

“hehehehe... sebenarnya tuhan cukup adil dengan memberikan PERPISAHAN dibalik PERTEMUAN, karena tanpa sadar, kita memilih mawar asli karena kita tahu, dia tidak akan menemani kita selamanya, kalau lah memilih keduanya, pasti perhatian kita akan lebih kepada mawar yang asli, karena sekali lagi, kita tahu ia akan gugur dan layu nanti, begitu juga PERPISAHAN, apakah kamu yakin akan tetap menyayangi mereka jika mereka hidup selamanya bersamamu??, PERPISAHAN adalah teguran keras bagi kita yang menyia-nyiakan waktu untuk menyayangi keluarga dan sahabat. Aku sendiri selalu menikmati dan berusaha sebaik mungkin untuk membuat senyuman walaupun hanya secercah saja di wajah orang-orang yang aku sayangi, karena aku tahu. Kami akan BERPISAH suatu saat nanti.”

Dari situ aku mengerti, bahwa perpisahan itu pasti, merasa kehilangan ketika ditinggal juga pasti, itu sebabnya seharusnya aku lebih menyayangi keluarga dan sahabat-sahabatku. Tak terasa hari sudah sore, kami berpisah arah di jempatan tua itu, dan ternyata sore itu adalah pertemuan terakhirku dengannya, karena aku mendengar kabar kalau dia pergi meninggalkan kota ini. Aku menuju rumah dan langsung memeluk ibuku berharap kesehatannya membaik, begitu pula untuk kakakku .

“kakakku hari ini nginap dirumah temannya, dia sedang ngerjain tugas” kata ibuku, aku sedih karena aku tahu, itu bukanlah kejadian yang sebenarnya.

Sebelum rebah di kasurku, aku merogoh kocek ku untuk membersihkan isinya, namun ada secarcik kertas yang tidak aku kenali, ketika kubuka itu adalah sebuah surat. Aku tak tahu dari mana asal surat itu, dan bagai mana bisa ada disakuku, sakuku memang sedikit longgar, dan besar sekali, memang memungkinkan untuk memasukkan kertas ketika aku lengah (pikirku saat itu). Lalu kubaca surat itu.

Aku melihat seorang gadis yang bisa menahan semua masalah dengan tangan lembutnya
Gadis yang sanggup berdiri diatas semua penderitaan dunia dengan kakinya yang kuat
Dan mampu melihat seluruh sisi kehidupan dengan mata indahnya
Gadis itu adalah kamu, seseorang yang telah memberiku semangat didalam senyummu untuk dunia,
Membuatku semakin kagum dengan sang pencipta yang mampu menciptakan makhluk sepertimu,
Salah satu perhiasan terbaik yang kilaunya melebihi bintang. Warnanya melebihi pelangi.
Namun engkau layaknya sang Bintang, sangat indah diatas sana, dan tetap tidak mungkin bisa kugapai.
Aku takut semakin lama aku memperhatikanmu semakin terjerumus pula aku pada perasaan ini
Aku takut rasa sayangku kepadamu melebihi rasa sayangku pada yang menciptakanmu
Sehingga aku harus pergi
From someone who cares to you

Dengan seksama kubaca surat ini dan masih belum tahu apa maksudnya, dan aku tak pernah tahu siapa yang mengirimnya. Saat ini pikiranku hanya terfokus untuk belajar dan menggapai cita-citaku. Agar aku bisa membahagiakan orang yang aku sayangi sebelum PERPISAHAN datang.
Tak terasa waktu berlalu cepat, 3 tahun sudah sejak kelulusan SMA ku. Alhamdulillah aku mendapat beasiswa untuk kuliah di Jakarta tempat idamanku, ibuku sekarang tinggal bersama kakakku dan suaminya, dia adalah seorang enterprenur muda. Alhamdulillah ya allah, kau berikan rizki dan ketabahan untuk keluarga kami. Namun tiba-tiba rindu rasanya pulang ke tanah tempat aku tumbuh, lalu kuluangkan waktu untuk pergi silahturahmi ke rumah sosial yang dulu membiayai sekolahku. Setelah cukup lama ber-reuni dengan para mentorku dulu, terbesit keinginan lagi untuk melihat rumah yang dulu aku tempati, rumah yang sudah tinggal pergi oleh kami sekitar 1,5 tahun lalu dikarenakan aku sudah merantau ke jakarta dan kakakku menikah dan tinggal di rumah suaminya beserta ibuku.

Ketika sampai di depan pintu, air mataku menetes dengan sendirinya, aku seperti melihat sebuah film yang begitu nyata, aku masih bisa melihat diriku bermain bersama ayah dan ibu di teras rumah itu. Tak sengaja kumelihat secarcik surat tergeletak di teras itu. Yang mengingatkanku akan surat misterius di saku bajuku dulu, tulisannya juga sama, hanya isinya yang berbeda

Hai...long time no see.!!!. How Are You?? 
Ingin sekali rasanya bertemu lagi dan menceritakan sesuatu seperti dulu lagi.
Alhamdulillah beberapa mimpiku sudah tercapai sekarang
Aku bekerja di lembaga pendidikan, aku seorang guru loh..:)
Aku juga sudah berkeliling Indonesia karena pekerjaan ini, dan tau gak aku sekarang sudah jadi Manager :)
Alhamdulillah hasil kerjaku sebagian kugunakan untuk biaya S2 ibuku
Dan akhir bulan ini beliau akan wisuda, dan berikutnya aku akan membiayai adikku juga 
Mulai saat ini akan kutulis cita-citaku dengan keseriusan.
Dan semoga ikhtiar ini bisa menunjukkan jalannya.
From :someone who cares to you
To : Sang Bintang Ku :)

Tersenyum dan haru perasaanku saat membacanya. Membuatku berfikir untuk melakukan hal yang sama, dan mulai sekarang akan ku tulis semua cita-citaku dengan penuh keseriusan, lalu biarlah ikhtiar yang menentukan jalannya.

1 komentar: